Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’.
Begitu penting pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang menyatakan bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata”.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.
1. Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang membaca peta tersebut dengan mudah.
Sehingga sebuah peta gua harus Informatif, dan Komunikatif.
Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan disini, dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk kepentingan penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif apabila dalam hasil akhirnya tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama.
Peta sebuah gua minimal menerangkan tentang;
- Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan lorong.
- Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong, dan kemiringan gua tersebut.
- Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang terdapat di dalam gua tersebut.
- Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun digambarkan potongannya.
- Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
- Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
- Arah Utara Peta
- Legenda, atau keterangan simbol.
Apabila sudah terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya sudah mampu memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya.
Sebuah peta gua tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia ada beberapa penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada kesepakatan federasi masing-masing.
Saat ini, yang lazim digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di Eropa, yang memakai skala 1 sampai 6. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di tahap pendalaman.
Untuk mendapatkan informasi yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa prosedur pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas prosedur-prosedur ini akan tampak merepotkan ketika mengeksplorasi sebuah gua, namun sebenarnya kerepotan tersebut akan terbalas dengan hasil yang nantinya kita dapatkan.
2. Alat-alat perlengkapan pemetaan
- Drafting film atau Kodak Trace sejenis kertas kedap air, seperti kertas kalkir tetapi lebih tebal dan kedap air juga bisa dihapus jika menggunakan alat tulis pinsil.
- Topofil, alat untuk mengukur jarak antara stasiun. Kalau tidak ada dapat juga dipakai rollmeter.
- Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus, dan serutan)
- Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau azimuth. Biasanya kompas Silva atau Suunto yang digunakan.
- Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua (turun atau naik) Suunto PM5/360 adalah Clinometer yang terbaik.
3. Prosedur Pemetaan
Prosedur pemetaan yang dimaksud disini adalah teknis pengambilan data untuk menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan dicatat di sebuah catatan lapangan untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis besar, pengambilan data dilakukan dengan membuat bentukan kasar gua yang dieksplorasi, dengan cara mengambil beberapa titik untuk dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun tersebutlah data-data direkam, diantaranya arah lorong, ketinggian lorong, kemiringan antara stasiun, tinggi langit-langit gua, lebar lorong dan keterangan lainnya.
Pemetaan dapat dilakukan oleh minimal dua orang, dimana satu orang menjadi leader yang memegang ujung alat ukur dan menentukan posisi stasiun, sementara orang kedua menjadi pencatat data yang memasukkan data ke dalam field note.
Leader, adalah orang yang berhak menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat dijadikan stasiun karena beberapa sebab yaitu;
- Lorong yang dieksplorasi berubah arah
- Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua
- Terdapat kemiringan yang ekstrim
- Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
- Terdapat ornamen yang unik
- Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat oleh pencatat data.
Contoh catatan lapangan
Keterangan :
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau 1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun didepannya lebih tinggi, dan – bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik, keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau 1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun didepannya lebih tinggi, dan – bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik, keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
4. Cara Kerja
- Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.
- Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
- Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
- Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiun B. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
- Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
- Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
- Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian.
- Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau khusus.
5. Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan kemungkinan tidak jelas terbaca.
Kemudian kita membuat peta gua kasar di kertas milimeter block. Data Azimuth, Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat Penampang atas atau denah, sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna untuk membuat irisan atau penampang samping.
Setelah itu, kita dapat menyalin draft peta yang telah kita buat ke kertas kalkir, dan kemudian ditambahkan kelengkapan-kelengkapan lainnya.
gambar : contoh peta gua
6. Hambatan
Berbeda dengan pembuatan / survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di dalam gua, jauh di bawah muka bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total, hanya ada penerangan lampu karbit yang terbatas cahayanya, belum lagi lantai gua yang penuh lumpur, ruangan yang sempit, dan waktu yang terbatas dimana kita tidak dianjurkan lupa waktu di dalam gua. Tetapi itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemetaan gua, lebih-lebih bagi mereka yang mengaku sebagai ‘caver’. Yang ingin digarisbawahi di sini adalah bahwa apapun kondisinya seorang caver wajib membuat peta gua di dalam eksplorasinya, khususnya gua-gua yang belum dipetakan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !