Islam dan Go Green


Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan sesuatu yang dimakan darinya menjadi sedekah baginya, dan sesuatu yang dicuri darinya menjadi sedekah baginya, dan tidaklah sesuatu itu dikurangi oleh seseorang melainkan ia menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat (HR. Muslim)
Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman pohon atau menabur suatu benih lalu sebagian hasilnya dimakan oleh burung atau seseorang, melainkan menjadi sedekah baginya (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

# Larangan Menebang Pohon Bidara
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang menebang pohon bidara akan dituang api neraka di kepalanya’,” (Shahih, HR al-Baihaqi [IV/117]).
Diriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah, ia berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Allah akan menuangkan (air panas) ke atas kepala penebang pohon bidara di dalam neraka’,” (HR al-Baihaqi [VI/141]).
Para ulama berselisih pendapat tentang larangan menebang pohon bidara kepada beberapa pendapat:
Imam Abu Dawud berkata, “Hadits ini cukup ringkas. Artinya barangsiapa menebang pohon bidara yang tumbuh di padang pasir tempat berteduh para musafir dan hewan ternak, tanpa ada kemaslahatan sedikitpun maka Allah akan menuangkan air panas ke atas kepalanya di neraka nanti.”
Imam Ath-Thahawi berpendapat, “Bahwa hadits ini mansukh, sebab Urwah bin az-Zubair salah seorang perawi hadits ini pernah menebang pohon bidara untuk diolah menjadi beberapa pintu,” (lihat Musykilul Aatsaar [VII/427]).
Diriwayatkan dari Hasan bin Ibrahim, ia berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Hisyam bin Urwah tentang hukum menebang pohon bidara. Pada saat itu ia sedang bersandar pada kayu milik Urwah dan berakta, ‘Tidakkah engkau perhatikan pintu-pintu dan kusen-kusen ini?’ Pintu dan kusen ini terbuat dari pohon bidara milik Urwah. Dahulu Urwah menebang pohon tersebut yang tumbuh di tanahnya dan berkata, ‘Tidak mengapa menebang pohon bidara’,” (HR Abu Dawud [5241]).
Imam Ath-Thahawi berkata, “urwah seorang yang jujur dan memiliki ilmu yang dalam tidak mungkin meninggalkan hadits yang ia ketahui shahih dari Nabi shalallahu alaihi wasallam, kemudian mengamalkan sesuatu yang bertentangan dengan hadits tersebut, kecuali jika memang demikian hukumnya. Jadi jelaslah apa yang kita sebutkan tadi bahwa hadits ini sudah dimansukhkan.”
Imam As-Suyuti, berpendapat larangan tersebut adalah pohon bidara yang tumbuh di tanah haram. Pendapat ini dipegang oleh as-Suyuti dalam kitab Raf’ul Khudr’an Qat’is Sidr (II/57). Ia berkata, “Menurutku makna yang terkuat adalah larangan menebang pohon sidr yang ada di tanah haram sebagaimana yang tercantum dalam riwayat ath-Thabrani.”
Syaikh Al Albani menyetujui pendapat as-Suyuthi tersebut di dalam kitabnya Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (II/177).
Dalam riwayat ath-Thabrani di dalam al-Ausath (2441) pada hadits Abdullah bin Hubasyi, ‘Yakni pohon bidara yang tumbuh di tanah haram.’ Tambahan ini dishahihkan oleh syaikh kami dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (614). Oleh karena itu mengartikan hadits seperti yang tercantum dalam riwayat tambahan tersebut lebih dikedepankan. Adapun pernyataan mansukh adalah pernyataan yang keliru. Sebab yagn dijadikan hujjah adalah hadits yang diriwayatkan Urwah bukan pendapat atau hasil ijtihadnya. Kemudian dianalogikan dengan pohon bidara yang tumbuh di padang pasir tempat berteduhnya para musafir dan binatang ternak. Allahu A’lam.
(Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/308-309.)
Larangan membunuh sipil seperti wanita, anak-anak, orang tua bangka, larangan memotong pohon, membunuh binatang ternak dan lain-lain
Rasulullah adalah pemimpin negara dan panglima tertinggi pasukan Muslimin, maka beliau mempertimbangkan matang-matang dalam memberikan perintah yang membawa kemaslahatan peperangan bagi mengalahkan musuh. Perintah larangan membunuh sipil seperti wanita, anak-anak, orang tua bangka, larangan memotong pohon, membunuh binatang ternak dan lain-lain, tetap berlaku di manapun pertempuran berlangsung. Hanya panglima tertinggi dan pemimpin negara yang boleh membuat keputusan atau kebijakan setelah proses kajian dan pertimbangan yang matang untuk mencapai kemaslahatan perang walau kadang terlihat melanggar aturan larangan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah di masa pertempuran, tanpa niyat kesengajaan. Kebijakan yang dibuat oleh Rasulullah pada masa itu adalah dalam kapasitas beliau sebagai pemimpin tertinggi negara dan panglima perang, dan pelaksanaannya juga dilaksanakan secara selektif.
go-green# Contoh kisah penebangan pohon
Perintah Rasulullah untuk menebang pohon kurma milik Bani Nadhir bukanlah dikarenakan Bani Nadhir pernah merusak atau menghancurkan pohon kurma milik kaum Muslimin sehingga Rasulullah melakukan tindak pembalasan terhadap sikap Bani Nadhir yang dianggap telah melampaui batas menebang pohon.
Tetapi perintah Rasulullah itu adalah siasat perang untuk melumpuhkan pasukan lawan, yang tiada cara lain kecuali dengan cara itu dapat melemahkan mental pasukan lawan yaitu Bani Nadhir. Dan tindakan Rasulullah itu dibenarkan oleh Allah.
Asal kisah peristiwa itu adalah bermula ketika Ghozwah Bani Nadhir (kaum Yahudi) yang melarikan diri dari pengejaran pasukan Muslimin pimpinan Rasulullah . Mereka melakukan persekongkolan jahat (makar) untuk membunuh Nabi Muhammad dan siap melakukan perlawanan. Bani Nadhir menjadikan perkampungan mereka sebagai kubu pertahanan yang lengkap dengan benteng yang kuat. Mereka menyediakan logistik yang cukup untuk sekitar setahun, termasuk air bersih jika dikepung hingga datang bantuan pihak yang memusuhi kaum Muslimin datang membantu mereka.
Mengingat kuatnya pertahanan Bani Nadhir dalam menghadapi pasukan Muslimin maka Rasulullah menggunakan sebuah taktik baru untuk menjatuhkan mental mereka yang sangat sayang kepada harta benda dan ingin hidup. Sebagai pimpinan tertinggi, juga dengan alasan kebijakan dan siasat perang, Rasulullah memerintahkan pasukan Muslimin untuk memotong pohon kurma milik Bani Nadhir dan membakarnya sehingga timbul rasa kekecewaan pihak Bani Nadhir untuk mempertahankan perkebunan yang dianggap sebagai harta kekayaan mereka. Khusus tentang siasat dan tindakan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam selaku pemimpin tertinggi pasukan ini dibenarkan oleh Allah. Hal itu dijelaskan di dalam Surah Al-Hasyr, mengisahkan tentang sikap Bani Nadhir (kaum Yahudi) yang melanggar perjanjian damai.
Artinya: “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (Al-Hasyr: 5).
Dengan penebangan dan pembakaran pohon kurma serta lamanya menunggu bantuan pasukan yang memusuhi kaum Muslimin, maka Bani Nadhir menyerahkan diri dan meminta perlindungan jaminan keselamatan jiwa, serta bersedia untuk keluar dari Madinah. Permintaan mereka kemudian diperkenankan oleh Rasulullah.
# Islam Sangat Memperhatikan Lingkungan
Iman itu ada enam puluh atau tujuh puluh cabang lebih. Yang terendah adalah menghilangkan gangguan dari jalanan dan yang tertinggi adalah ucapan : Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Dan senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah, dan kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalanan adalah sedekah, serta menunjuki orang yang tersesat di daerah yang menyesatkan adalah sedekah bagimu. (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi, Shahih Ligairihi)

Larangan Berbuat Kerusakan

paradigma pecinta alam
S U R A T  A L – B A Q A R A H
2:11. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
2:12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
2:27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
2:30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
2:60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
2:205. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
S U R A T  A L I- I M R O N
3:63. Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
S U R A T  A L – M A A I D A H
5:32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
5:33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
5:64. Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
S U R A T  A L – A ‘ R A F
7:56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
7:74. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
7:85. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.
7:127. Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?”. Firaun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka”.
7:142. Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.”
S U R A T  H U U D
11:85. Dan Syuaib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
11:116. Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.
S U R A T  A L – I S R A ‘
17:4. Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
S U R A T  A S Y – S Y U A R A ‘
26:152. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.
26:183. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
S U R A T  A N – N A M L
27:48. Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.
S U R A T  A L – Q A S H A S H
28:77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
28:83. Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
S U R A T  A L – ‘ A N K A B U T
29:30. Lut berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu”.
29:36. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syuaib, maka ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”.
S U R A T  A R – R U U M
30:41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
S U R A T  S H A A D
38:28. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?
S U R A T  M U H A M M A D
47:22. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?

Praktek Go Green Ala Rasulullah

Ada apakah gerangan dengan bumi ini? Jawabannya telah tercatat dalam Al-Qur’an.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Memang kondisi bumi yang kini kian memburuk sejatinya karena ulah manusia itu sendiri.
Seorang sahabat sejak SMA, yang kini menjadi seorang aktivis lingkungan hidup dengan semangat Go Green-Zero Waste’nya dia berusaha menyemangati orang-orang untuk bersikap ramah lingkungan. Dia begitu antusias membantu orang lain untuk turut serta memperbaiki keadaan.
Gerakan Go Green itu sebenernya kegiatan untuk menghijaukan kembali, dan zero waste itu adalah gerakan nol sampah.
Sahabat saya ini mengajarkan beberapa hal penting, yakni:
1. Hematlah dalam penggunaan air. Air itu sumber kehidupan dan hal yang sangat vital bagi keberlangsungan makhluk hidup. Untuk menghemat air ini ada beberapa cara, salah satunya adalah menutup kran dengan baik, menggunakan air secara bijak. Meskipun 2/3 bagian dunia ini terdiri dari air namun ternyata air yang dapat digunakan tuk keperluan manusia hanyalah sedikit sekali (cari fakta air)
Tentang penghematan air ini ternyata telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat hemat ketika menggunakan air saat berwudhu. Beliau pun mewanti-wanti umatnya –dalam hadits yang sifatnya umum- agar jangan sampai boros. Beliau pun mengabari bahwa di antara umatnya ada yang berlebih-lebihan dalam thoharoh (bersuci). (HR. Ahmad)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwudhu setiap kali mau shalat. Inilah kondisi beliau pada umumnya. Kadang juga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu untuk beberapa shalat dengan sekali wudhu. (HR. Muslim)
2. Hemat energy, salah satunya adalah mematikan lampu saat kita tidur.
“Artinya : Tutuplah bejana, ikatlah tempat air yang terbuat dari kulit, kancinglah pintu-pintu, dan matikanlah lampu lentera, karena sesungguhnya syetan tidak mampu melepaskan ikatan tempat air, tidak mampu membuka pintu, dan tidak mampu membuka tutup bejana. Kalau salah seorang di antara kamu tidak mendapatkan (sesuatu untuk menutup bejana) kecuali hanya mendapatkan sepotong lidi, maka tutupkanlah dan hendaklah dengan menyebut nama Allah. Karena sesungguhnya tikus itu (biasa) membakar rumah (yang lampu lenteranya tidak dimatikan), yaitu dengan menambrak lampu itu lalu menumpahkan minyak yang ada di dalamnya sehingga terbakarlah rumah itu” [Hadits Riwayat Muslim]
Adapun dalil tentang perintah mematikan api (lampu lentera) ketika akan tidur terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
“Artinya : Janganlah kalian meninggalkan api di dalam rumah kalian ketika akan tidur” [Hadits Riwayat Muslim]
Dan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada suatu malam sebuah rumah di Madinah terbakar yang menimpa pemiliknya. Lalu ketika kabar peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya api ini adalah musuhmu. Maka apabila kalian akan tidur, matikanlah terlebih dahulu api tersebut” [Muttafaqun a’laihi]
[Disalin dari kitab Al-As’ilah wa Ajwibah Al-Fiqhiyyah Al-Maqrunah bi Al-Adillah Asy-Syar’iyyah jilid I, Disalin ulang dari Majalah Fatawa 02/I/Syawwal 1423H -2002M]
3. Zero waste atau anti mubadzir.
Menggunakan harta untuk hal yang sia-sia adalah menyerupai perbuatan setan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”
Zero waste di sini juga dapat diartikan nol sampah. Seperti misalnya tidak menyisakan makanan yang kita santap. Berarti juga ini membiasakan kita untuk mengambil makanan secukupnya.
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan biarkan suapan tersebut dimakan setan.” (HR. Muslim No. 2033)
4. Larangan merusak tanaman saat perang
Dalam ajaran Islam diharamkan aksi perusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan apabila dia berpaling (dari kamu), dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, padahal Allah tidak menyukai kebinasaan”. [Al Baqarah : 205].
Sebenarnya masih banyak sekali inspirasi yang saya dapatkan dari sahabat saya ini, namun ketika mempelajari Islam lebih dekat, ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah lebih dahulu mencontohkan pada kita tentang semangat melestarikan lingkungan, yang lebih beken disebut semangat Go Green dan Zero Waste.
Semoga saja kebiasaan baik melestarikan lingkungan ini bisa kita lakukan sekarang, dimulai dari diri sendiri, dan dari hal-hal terkecil dan sederhana yang kita bisa lakukan. Setidaknya kita dapat mengurangi dosa ekologis dengan memulai aksi go Green.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sabha Bawana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger