photo air-terjun_zps202f7476.jpg  photo pantai_zps83af528a.jpg  photo hiking_zps0df89cba.jpg  photo puncak_zps5732fee9.jpg  photo panjat-tebing_zps8f902bd8.jpg

Perbekalan Pendakian


Dalam perencanaan perjalanan pendakian gunung ataupun kegiatan di alam terbuka, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Karena kegiatan tersebut lebih mengedepankan fisik serta biasanya tidak cukup hanya dalam hitungan jam, tetapi terkadang bisa lebih dari satu hari satu malam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi ( terjal, sering hujan, dsb )

Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:

a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah

Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah - langkah berikut :

– Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.
– Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing - masing kalori totalnya ( setelah siap dimakan ).
– Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.

Catatan :
Kandungan kalori : hidrat arang 4 kal / gr
lemak 9 kal / gr
protein 4 kal / gr

Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein

Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan ( sekitar 45 kg )
1 Metabolisme basal 1100 kalori
2 Aktifitas tubuh :
- Jalan Kaki:
2 mil/jam 45 kal/jam
3 mil/jam 90 kal/jam
4 mil/jam 160 kal/jam
- Memotong kayu/tebas : 260 kal/jam
- Makan : 20 kal/jam
- Duduk (diam) : 20 kal/jam
- Bongkar pasang ransel, buat camp : 50 kal/jam
- Menggigil : 220 kal/jam
3 Aktifitas dinamis khusus = 6 – 8 % dari 1 dan 2
4 Total kalori yang dibutuhkan = 1 + 2 + 3

Jenis Bahan Makanan dan Macam Makanan

Sumber kalori dari hidrat arang tiap 100 gram
Beras giling 360 kal
Nasi 178 kal
Havermout 390 kal
Kentang 90 kal
Singkong 140 kal
Macaroni 363 kal
Maizena 343 kal
Roti 248 kal
Tape singkong 173 kal
Gaplek 363 kal
Biskuit 458 kal
Sagu 353 kal
Terigu 365 kal
Ubi 123 kal
Gula pasir 364 kal
Gula aren 368 kal
Madu 294 kal
Coklat pahit 504 kal
Coklat manis 472 kal
Coklat susu 381 kal

Sumber Protein ( tiap 100 gram )
Tempe 119 kla
Kacang tanah rebus dengan kulit 360 kal
Telur ayam 162 kal
Telur bebek 189 kal

Sumber protein dan lemak ( tiap 100 gram )
Corned 241 kal
Daging asap 191 kal
Dendeng 433 kal
Sardens 338 kal

Menu makanan satu hari :
Mie 1.5 gelas 335 kal
Susu kental manis ½ gelas 336 kal
Dodol ½ ons 200 kal
Coklat 1 ons 472 kal
Nasi 2 ons 360 kal
Roti 1 ons 248 kal
Biscuit 1 ons 458 kal
Corned ½ ons 120 kal
Dendeng 1 ons 433 kal

Sikapi Hutan Dengan Bijak


Sikapi hutan dengan bijak, suatu ungkapan baik yang sering kita dengar, tetapi jarang kita lakukan. Tak hanya bagi para penggiat alam bebas, tetapi kita manusia pada umumnya. Hormati dan jaga hutan kita. Karena di sanalah sumber dari kehidupan bumi, dan munculnya bumi kita menjadi hijau dan sehat. lalu, bagaimana sikap bijak kita terhadap hutan?

1. Tidak mencoret - coret batang pohon dan bebatuan yang ada di hutan. Selain membuat keindahan hutan berkurang, juga bisa menyakiti pohon karena dapat menutupi stomata ( tempat keluar masuknya udara ( CO2 dan O2 )). Hal tersebut mengganggu pertukaran udara dari sel tumbuhan ke lingkungan dan sebaliknya.
2. Tidak melukai, menangkap, dan membunuh satwa yang menjadi penghuni hutan. Jangan ganggu satwa liar, biarkan mereka hidup serasi di hutan dengan tenang!
3. Jika akan berkemah, gunakan tempat yang telah disediakan. Jika tidak disediakan tempat berkemah, carilah bagian hutan yang agak lapang dan datar tanpa menebang pohon, sehingga tidak merusak hutan.
4. Jangan Meninggalkan puntung rokok yang belum mati benar. Meskipun apinya kecil, bisa menjadi salah satu sumber kebakaran hutan, terutama saat musim kemarau.
5. Tidak meninggalkan sampah, terutama sampah plastik dan kaleng ( yang tidak dapat membusuk ) karena dapat mencemari hutan. Sampah plastik membutuhkan ratusan tahun untuk dapat terurai secara alami. Sampah tersebut disimpan dalam suatu wadah khusus, dan dibuang di tempat sampah yang semestinya di luar hutan.
6. Saat membuat api unggun gunakan ranting atau daun yang telah patah atau jatuh. Jangan sekali - kali menebang pohon untuk membuat api unggun karena dapat merusak hutan. Setelah selesai, padamkan api hingga benar - benar padam lalu bersihkan tempat bekas api unggun tersebut.
7. Tidak membawa pulang tumbuhan atau satwa liar dari hutan. Simpanlah kenangan manis anda selama berada di hutan di dalam kamera foto atau kamera video anda.


Cobalah lebih dekat dengan alam dan hutan saat kita sedang melakukan kegiatan di alam terbuka, dan jika punya rasa, dengarlah tangisan mereka akibat perbuatan kita terhadap mereka yang merusak. Kemudian ambil sikap bijaksana. Cintai dan jaga alam dan hutan kita!

Yang Menyebabkan Kematian Para Pendaki Gunung


Mendaki gunung merupakan suatu kegiatan positif yang sangat berarti bagi peminatnya. Keindahan dan kepuasan batin jelaslah sulit di bayangkan, hanya bagi yang telah mendaki dengan susah payah sampai di puncak lah yang bisa menemukan segala rasa itu. Dan mendaki gunung juga kegiatan adventure yang relatif mudah di lakukan, tak seperti penyusuran gua atau arung jeram yang butuh perlakuan dan alat khusus.

Tetapi walau demikan diperlukan tingkat kewaspadaan dan hati-hati, gunung yang banyak menghampar keindahan dan panorama bagus, juga menyimpan bahaya bagi pendaki yang kurang bisa menjaga diri dari alam. Banyak faktor yang membuat pendaki gunung gagal mempertahankan diri serta nyawa saat berada di alam gunung.

Faktor - faktor tadi sebagai berikut antara lain:

1. Fisik Dan Mental
Ketidaksiapan fisik dan mental menjadi faktor yang cukup tinggi sebagai penyebab kematian para pendaki gunung. Fisik dan mental yang lemah jelas-jelas menjadi mangsa empuk alam gunung yang liar. Apalagi jika mendaki gunung yang ketinggiannya lebih dari 4000 meter dimana oksigen begitu tipisnya. Meski sekarang ada alat bantu oksigen tetapi jika fisik lemah, alat bantu itu hampir seperti tak ada artinya. Mentalpun demikian. Orang - orang yang mendaki gunung diharuskan memiliki mental pantang menyerah, bersikap tenang dan tidak mudah panik. Ingat, alam liar pegunungan tidak pernah menoleransi kekurangan - kekurangan itu. Maka persiapkan fisik dan mental anda sebaik mungkin.

2. Kurang Pengetahuan
Pengetahuan tentang gunung yang akan didaki adalah mutlak. Banyak pendaki remaja atau pemula yang tewas di gunung karena minimnya pengetahuan. Pengetahuan ini meliputi banyak hal, seperti pengetahun tentang tinggi gunung, karakteristik cuaca, pengetahuan tentang flora dan fauna yang biasa hidup di pegunungan, pengetahuan tentang tempat - tempat berbahaya di atas gunung hingga pengetahuan tentang tindak penyelamatan.

3. Cuaca Buruk
Cuaca diatas pegunungan sangat sulit ditebak, bahkan terkadang meski saat itu musim kemarau bisa saja di atas gunung turun hujan lebat. Cuaca buruk memang tidak menjadi penyebab langsung kematian, tetapi efek yang ditimbulkannya kerap menjadi penghalang pendakian. Seperti jalan menjadi becek dan licin atau udara begitu menjadi begitu dingin.

4. Tersesat
Banyak juga pendaki gunung yang mengalami tersesat. Ini bisa saja terjadi karena mungkin mereka terpisah dari rombongan, mencoba jalur baru atau bahkan disebabkan oleh kesalahan sepele, tidak membawa kompas. Saat orang mengalami tersesat dimana biasanya mereka selalu berputar - putar ke tempat yang sama, mereka akan mengalami disorientasi, bingung, kalut tanpa persediaan makanan yang cukup. Saat itulah maut mengintip.  Maka tingkatkan kewaspadaan dan lebih berhati - hati serta hilangkan sifat meremehkan alam gunung, walau dengan alasan kita sering mendaki suatu gunung, tetapi tiap saat alam bisa berubah drastis, tanpa bisa kita prediksi.Selamat mendaki, sahabat...

Penggiat Alam Bebas Perlu Miliki Beberapa Kemampuan


Masa liburan biasanya digunakan oleh banyak anggota pencinta alam untuk mendaki gunung. Namun beberapa kali kita melihat atau mendengar musibah yang dialami para pendaki gunung. Banyak musibah menimpa para pendaki di gunung tertentu akibat hilang atau tersesat hingga menimbulkan kematian. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Mendaki gunung sebagai kegiatan di alam bebas perlu disadari betul sebagai kegiatan yang berisiko tinggi. Sebab terjadi perubahan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kita datangi. Dari kehidupan di perkotaan yang nyaman dan aman dengan segala fasilitasnya, menuju lingkungan dengan kondisi yang ekstrem.

Biasanya kita bermukim di rumah yang nyaman dan sejuk, terhindar dari panasnya matahari, dinginnya malam dan hujan serta tidur di ranjang yang empuk dengan selimut yang menghangatkan. Belum lagi dengan makanan dan minuman yang cepat tersedia dari para pembantu di rumah maupun di tempat jajanan. Semua itu akan berubah drastis jika kita mendaki gunung.

Perbekalan selama mendaki kita bawa dalam ransel yang berat termasuk peralatan dan perlengkapan lainnnya. Tenda untuk berteduh harus didirikan untuk menghindari dinginnya suhu di ketinggian serta angin dan hujan yang sewaktu - waktu datang dengan tiba - tiba. Makanan dan minuman juga harus diolah terlebih dahulu sebelum kita menikmatinya.

Belum lagi dengan kondisi lingkungan dalam perjalanan. Hutan yang lebat serta jalan yang menanjak dan tak jarang kita harus melewati pinggiran tebing dengan jurang yang dalam. Dengan situasi seperti itu jelas diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang sebelum kita mendaki gunung dengan nyaman.

Seorang pakar pendidikan alam terbuka, Collin Mortlock, mengatakan bahwa parapenggiat alam bebas harus memiliki beberapa kemampuan dalam berkegiatan. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara penggunaannya.

Lalu, kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam.

Berikutnya, kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi / kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.

Tak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.

Keempat aspek kemampuan tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidak hanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat, tetapi juga sebuah risiko yang amat tinggi, sebuah bahaya yang dapat mengancam keselamatannya.

Organisasi Pecinta Alam



Organisasi Pecinta Alam pada era sekarang ini tumbuh pesat di masing - masing daerah. Dan apabila kita mendengar istilah Pecinta Alam, maka dalam pikiran kita langsung terbayang para pendaki gunung, pengarung arus deras, pemanjat tebing dan penggiat hiking serta camping. Sedangkan bagi yang mencintai alam lingkungan, penanam dan perawat pohon - pohon dan bunga - bunga serta penjaga fauna, bukan pecinta alam?

Beberapa kelompok memang lebih jelas, mereka menamakan kelompok pendaki gunung, pemanjat tebing, penjelajah rimba dan penelusuran gua. Sementara beberapa tetap bertahan dengan istilah pecinta alam karena didorong rasa cinta terhadap alam. Sehingga seorang ‘pecinta alam’ adalah individu yang diyakini tanggap terhadap masalah alam dan lingkungannya.

Secara kelembagaan, kelompok pecinta alam di Indonesia muncul sekitar tahun 1950 - an ketika sekelompok pemuda di Yogyakarta yang memang mengamati tumbuhan dan hewan melakukan perjalanan menembus gunung dan rimba. Lalu di tahun 1960 - an muncul kelompok WANADRI di Bandung, MERMOUNC di Yogayakarta, MAPALA UI di Jakarta.

Kelompok Wanadri lebih suka menyebut dirinya pendaki gunung penempuh rimba.Mermounc adalah kependekan dari Merbabu Mounteneer Club ( kelompok pendaki gunung Merbabu ). Sedang Mapala UI menyebut dirinya sebagai Pecinta Alam dengan menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan yang bersifat Avonturirmendominasi pada masa awal kegiatan pecinta alam.

Pada tahun 1970 - an lahir kelompok - kelompok pecinta alam dikalangan mahasiswa, pelajar, dan pemuda di daerah - daerah. Kegiatan mereka paling menonjol adalah hiking dan mendaki gunung. Pada dekade 1980 - an muncul kelompok - kelompok spesialis - spesialis seperti HIKESPI untuk para speleolog / caver / penelusur gua, danSKYGERS untuk pemanjat tebing.

Organisasi pecinta alam kemudian mengembangkan kualitas dan variasi kegiatannya antara lain Rock Climbing, Susur Gua , Arung Jeram dan kegiatan petualangan lainnya. Disatu sisi mereka juga melakukan kegiatan ekspedisi, penelitian, ceramah dan diskusi untuk menanggapi permasalahan - permasalahan lingkungan.

Kelompok pecinta alam adalah independent, tidak dibawah instansi maupun departemen. Organisasi pecinta alam yang tumbuh dilingkungan masyarakat ( umum ) ataupun yang dibawah lingkungan perguruan tinggi mempunyai misi tentangpelestarian alam. Forum tertinggi dalam pecinta alam adalah Gladian Nasional Pecinta Alam se - Indonesia yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, dimana dalam forum gladian ini telah dihasilkan Kode Etik Pecinta Alam Indonesia.

Di Yogyakarta terbentuk Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam Yogyakarta (SEKBER PPA - DIY berdiri pada tahun 1979 ), sebagai ajang komunikasi, koordinasi dan informasi.

Pecinta Alam Dan Lingkungan

Pecinta Alam”, sebenarnya adalah orang yang paling diyakini mempunyai kesadaran akan lingkungan. Sebagai kelompok yang menggunakan media alam bebas dalam bekegiatan, pecinta alam dituntut untuk mempunyai kesadaran yang tinggi dan didukung dengan tindakan terhadap pelestarian alam. Organisasi pecinta alam dalam berbagai bentuk dan visinya adalah orang - orang yang paling dekat dengan alam. Banyak hal bisa diperbuat dalam setiap kegiatannya dalam rangka pelestarian alam. Bentuk ‘Aid’ adalah yang paling sering dilakukan organisasi pecinta alam, karena mudah dan tidak beresiko karena sifatnya sementara, tetapi hal ini sering tidak tepat untuk sebuah kegiatan yang berlingkungan ( contoh; penghijauan disebuah lokasi, kemudian ditinggalkan ).


Development”, sebuah kegiatan jangka panjang, memerlukan biaya yang besar, beresiko tinggi, adalah hal yang sukar dilakukan. Masalahnya adalah sejauh mana kita bisa memotifasi untuk mewujudkan kegiatan tersebut. Sebuah desa binaan, sangat gersang, mengalami erosi secara besar - besaran, kita kunjungi secara tetap, memecahkan masalah bersama, menerapkan ilmu secara tepat dan kita merasa “at home” disana, adalah ilustrasi yang jelas tentang “development”

Pecinta alam adalah sebuah pusat informasi yang tidak kelihatan, tidak memanfaatkannya adalah kesalahan besar, terutama bagi mereka sendiri. Permasalahannya adalah ketidak konsistennya antara perilaku dan sikap pecinta alam sendiri. Sikap yang positif terhadap lingkungan hidup tidak berarti perilaku yang positif pula.

Lalu apa yang dapat kita lakukan? Tidak ada !.........Selama kita belum membuat ‘Gentlement agreement’ diantara kita. Bahwa kita menyadari adanya permasalahan lingkungan yang timbul, kita dapat menanganinya secara terbuka, gamblang dan terurai sampai pada hal yang terperinci sekalipun. Tidak hanya menangani pada hal - hal yang berada pada permukaan saja, dan menutupi permsalahan kecil supaya menjadi besar.

Dalam kehidupan pecinta alam antara sikap dan perilaku haruslah selaras, untuk menghindari semboyan Green Peace menjadi kenyataan.

Jika pohon terakhir telah ditebang, sungai terakhir telah tercemar, ikan terakhir telah ditangkap, Anda akan sadar manusia tidak dapat makan uang

SumberMateri dasar - dasar pecinta alam MADAWIRNA UNYOrganisasi Pecinta Alam pada era sekarang ini tumbuh pesat di masing - masing daerah. Dan apabila kita mendengar istilah Pecinta Alam, maka dalam pikiran kita langsung terbayang para pendaki gunung, pengarung arus deras, pemanjat tebing dan penggiat hiking serta camping. Sedangkan bagi yang mencintai alam lingkungan, penanam dan perawat pohon - pohon dan bunga - bunga serta penjaga fauna, bukan pecinta alam?




Beberapa kelompok memang lebih jelas, mereka menamakan kelompok pendaki gunung, pemanjat tebing, penjelajah rimba dan penelusuran gua. Sementara beberapa tetap bertahan dengan istilah pecinta alam karena didorong rasa cinta terhadap alam. Sehingga seorang ‘pecinta alam’ adalah individu yang diyakini tanggap terhadap masalah alam dan lingkungannya.

Secara kelembagaan, kelompok pecinta alam di Indonesia muncul sekitar tahun 1950 - an ketika sekelompok pemuda di Yogyakarta yang memang mengamati tumbuhan dan hewan melakukan perjalanan menembus gunung dan rimba. Lalu di tahun 1960 - an muncul kelompok WANADRI di Bandung, MERMOUNC di Yogayakarta, MAPALA UI di Jakarta.

Kelompok Wanadri lebih suka menyebut dirinya pendaki gunung penempuh rimba.Mermounc adalah kependekan dari Merbabu Mounteneer Club ( kelompok pendaki gunung Merbabu ). Sedang Mapala UI menyebut dirinya sebagai Pecinta Alam dengan menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan yang bersifat Avonturirmendominasi pada masa awal kegiatan pecinta alam.

Pada tahun 1970 - an lahir kelompok - kelompok pecinta alam dikalangan mahasiswa, pelajar, dan pemuda di daerah - daerah. Kegiatan mereka paling menonjol adalah hiking dan mendaki gunung. Pada dekade 1980 - an muncul kelompok - kelompok spesialis - spesialis seperti HIKESPI untuk para speleolog / caver / penelusur gua, danSKYGERS untuk pemanjat tebing.

Organisasi pecinta alam kemudian mengembangkan kualitas dan variasi kegiatannya antara lain Rock Climbing, Susur Gua , Arung Jeram dan kegiatan petualangan lainnya. Disatu sisi mereka juga melakukan kegiatan ekspedisi, penelitian, ceramah dan diskusi untuk menanggapi permasalahan - permasalahan lingkungan.

Kelompok pecinta alam adalah independent, tidak dibawah instansi maupun departemen. Organisasi pecinta alam yang tumbuh dilingkungan masyarakat ( umum ) ataupun yang dibawah lingkungan perguruan tinggi mempunyai misi tentangpelestarian alam. Forum tertinggi dalam pecinta alam adalah Gladian Nasional Pecinta Alam se - Indonesia yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, dimana dalam forum gladian ini telah dihasilkan Kode Etik Pecinta Alam Indonesia.

Di Yogyakarta terbentuk Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam Yogyakarta (SEKBER PPA - DIY berdiri pada tahun 1979 ), sebagai ajang komunikasi, koordinasi dan informasi.

Pecinta Alam Dan Lingkungan

Pecinta Alam”, sebenarnya adalah orang yang paling diyakini mempunyai kesadaran akan lingkungan. Sebagai kelompok yang menggunakan media alam bebas dalam bekegiatan, pecinta alam dituntut untuk mempunyai kesadaran yang tinggi dan didukung dengan tindakan terhadap pelestarian alam. Organisasi pecinta alam dalam berbagai bentuk dan visinya adalah orang - orang yang paling dekat dengan alam. Banyak hal bisa diperbuat dalam setiap kegiatannya dalam rangka pelestarian alam. Bentuk ‘Aid’ adalah yang paling sering dilakukan organisasi pecinta alam, karena mudah dan tidak beresiko karena sifatnya sementara, tetapi hal ini sering tidak tepat untuk sebuah kegiatan yang berlingkungan ( contoh; penghijauan disebuah lokasi, kemudian ditinggalkan ).


Development”, sebuah kegiatan jangka panjang, memerlukan biaya yang besar, beresiko tinggi, adalah hal yang sukar dilakukan. Masalahnya adalah sejauh mana kita bisa memotifasi untuk mewujudkan kegiatan tersebut. Sebuah desa binaan, sangat gersang, mengalami erosi secara besar - besaran, kita kunjungi secara tetap, memecahkan masalah bersama, menerapkan ilmu secara tepat dan kita merasa “at home” disana, adalah ilustrasi yang jelas tentang “development”

Pecinta alam adalah sebuah pusat informasi yang tidak kelihatan, tidak memanfaatkannya adalah kesalahan besar, terutama bagi mereka sendiri. Permasalahannya adalah ketidak konsistennya antara perilaku dan sikap pecinta alam sendiri. Sikap yang positif terhadap lingkungan hidup tidak berarti perilaku yang positif pula.

Lalu apa yang dapat kita lakukan? Tidak ada !.........Selama kita belum membuat ‘Gentlement agreement’ diantara kita. Bahwa kita menyadari adanya permasalahan lingkungan yang timbul, kita dapat menanganinya secara terbuka, gamblang dan terurai sampai pada hal yang terperinci sekalipun. Tidak hanya menangani pada hal - hal yang berada pada permukaan saja, dan menutupi permsalahan kecil supaya menjadi besar.

Dalam kehidupan pecinta alam antara sikap dan perilaku haruslah selaras, untuk menghindari semboyan Green Peace menjadi kenyataan.

Jika pohon terakhir telah ditebang, sungai terakhir telah tercemar, ikan terakhir telah ditangkap, Anda akan sadar manusia tidak dapat makan uang

SumberMateri dasar - dasar pecinta alam MADAWIRNA UNY
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sabha Bawana - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger